sebelum membaca judul puisi di atas, gw pengen cerita sedikit nih tentang awal terbentuknya puisi ini..
jadi di kampus gw yang tercinta khususny fakultas ********* tmpt gw bernaung, hehe rasa rasanya ada sedikit rasa kesensitifan trhadp religiusitas suatu kepercayaan tertentu yang menyebabkan kurang kondusifnya iklim untuk beribadah. nah permasalahan tersebut memang permasalahan klasik yang dari dulu sampe sekarang masih diperdebatkan dan dicari jalan keluarnya (walaupun tetep ga selesai-selesai haha). nah mulai beberapa tahun terakhir beberapa golongan mahasiswa berinisiatif membentuk suatu kelompok/gerakan yang pada akhirnya mulai mencari solusi-solusi dari masalah di atas. singkat cerita dalam rangka mendongkrak atau memberikan pencerdasan pada stake holder fakultas, lahirlah puisi ini..
untuk cerita lebih lengkapnya kapan kapan aja ya :)
silahkan membaca dan berinterpretasi sendiri ya.. x)
Dalam gelap ku berharap.. akan datang sebuah cahaya yang menemaniku.. untuk melewati, dinginnya sang waktu..
Dupa mengabu
Warna memudar
Bunga melayu
Aku diam membisu
Menatap sang waktu, yang kini kian berlalu
Lama sudah rasanya
Kami telah menanti
Tempat layak di mana manusia
Mencurahkan isi hati
Dengan pantas dan diberkati
Bukan kami tak puas dengan apa yang telah ada
Kami hanya malu kepada-Nya
Tempat kami bertemu Tuhan
Adalah tempat yang terpinggirkan
Jauh dari kelayakan, sungguh ini menyakitkan
Namun kini, kami bisa sedikit tersenyum
Terdengar pesan dari surga
Bahwa cahaya akan segera tiba
mengahapus gelap yang ada
Di Fakultas biru muda tercinta
ohh sungguh..
Kami selalu mengimpikan
tempat syahdu memuja Tuhan
Secercah Cahaya, itulah musholla..
MFM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar