Semenjak ku pikir tuk pergi, entah kemana kan labuhkan hati. Hanya berjalan mengikuti riuh angin yang berhembus dan pada akhirnya ku terdampar di negeri antah berantah, negeri yang tak pernah ku kenal. Negeri yang ku kira ramah pada ku ternyata tak sesuai harapan. Sunyi, hingga ku dapat mendengar aliran darah ini.Katup mata yang mulai melayu tak menjamin hati ini untuk melepas. Karena rasa yang ditabur makna takkan sirna sekejap mata. Dan dalam seketika aku pun menjelma menjadi ahli rindu. Yang begitu syahdu saat mengingat diri mu. Namun itu semua hanyalah kenangan, yang tertinggal di dalam ingatanSaat ku mulai beranjak pergi, segaris senyum di wajah itu meluluhkan hati. Haruskah aku kembali? Sungguh ku tak percaya..
Segaris senyum di wajah itu merusak semua, menghancurkan semesta kata. Segala niat ku harus pergi kini menjadi sebuah keraguan. Keraguan yang besar.Sehening lautan yang terpecah gelombang. Mengapa ku harus kembali? Dalam ku berpikir, layaknya penjual yang tak mau merugi ku berpikir berkali kali. Akankah bertaruh pada letupan emosi atau hati yang mungkin akan tersakiti?Hmmm,, apa jawab ku?
Nb: Kesamaan rasa bukan salah penulis, hanya fiktif belaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar