Entri Populer

Minggu, 07 Oktober 2012

Lidah Tak Bertulang

      Tajamnya lidah sering memicu kejadian tragis. Awalnya mungkin karena marah, tersinggung, lalu keluarkata kata-kata pedas dan menyakitkan. Kata berbalas kata, kemudian berakhir dengan pertikaian fisik dan ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Repotnya lagi, dampak dari ucapan tak sepenuhnya bisa direvisi. Karena  komunikasi memang bersifat irreversible, tak bisa ditarik kembali. " Once a word goes out of your mouth, you can never swallowit again" kata sebuah pepatah. Ketika sadar bahwa kata-kata kita menyinggung perasaan orang lain, kita akan mengatakan, "Maafkan saya." Dia mungkin akan memaafkan, tapi sakit hatinya sulit diobati secepat itu.

       Alkisah, ada seorang anak yang selalu menyusahkan orang lain dan berkata sesuka hatinya kepada orang lain. Sang Bapak yang bijak mencoba mengatasinya. "Anak ku lampiaskanlah kenakalanmu dengan menancapkan paku ke kamarmu," kata sang Bapak. Anak itu mematuhinnya.Pada hari dia melampiaskan itu, dia tancapkan satu paku di kamarnya. Begitu seterusnya, hingga kamarnya penuh dengan paku. "Nak, sekarang belajarlah mengendalikan sifatmu itu," kata sang Bapak. "Pada hari kau berhasil mengendalikan sifat mu itu, maka cabutlah satu paku yang tertancap dari kamarmu itu." Sekali lagi anak itu menurut, Dia sungguh-sungguh berupaya mengendalikan sifatnya itu. Dia berhasil. Hingga suatu hari Ia dapat mencabut semua paku dalam kamarnya. Bapaknya tersenyum, bangga. " Nak, kau telah berhasil mengendalikan diri mu," pujinya. "Paku-paku itu telah hilang dari kamarmu. Tapi lihatlah bekas-bekasnya takkan bisa kauhilangkan."

    Bapak bijak itu ingin mengajarkan pada anaknya, bahwa selalu ada dampak dari setiap tindakan."Kau memang telah memperbaiki sikapmu, tapi akibatnya pada orang lain tak bisa kauhilangkan."
Memang, maaf tak menyembuhkan luka. "to forgive but not to forget," kata orang inggris. Kita dapat memaafkan kesalahan orang lain, tetapi tidak dapat melupakannya.

    Ucapan seolah menjadibarang ringan. meluncur begitu saja , tanpa beban. Ini sungguh tak sebanding dengan akibatnya. Sifat Irreversible dari komunikasi mengajarkan kita untuk menimbang segala pesan yang kita keluarkan. Ada pelajaran bijak dari seorang pemuda murid Imam Sya'bi, seorang syekh yang terkenal di Basrah.Pemuda ini terkenal lebih banyak diam, sehingga membuat gurunya heran. "Kenapa engkau sering diam, tak seperti teman-temanmu yang lain?" kata sang Imam. Anak muda itu menjawab,"Aku diam, maka aku selamat. Aku mendengarkan, maka aku tahu. Sesungguhnya manusia itu mempunyai bagian masing-masing. Di telinganya, bagian untuknya. Di lidahnya bagian itu untuk orang lain. Seseorang yang terpeleset kakinya, ia akan sembuh dalam waktu yang tidak lama, tetapi apabila ia terpeleset akibat perkatannya, bisa saja ia kehilangan kepalanya."

Lidah memang tak bertulang, tapi sering kali ketajamannya tak kalah dengan pedang.

Inspirasi: Tarbawi : E.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar